Kamis, 17 Maret 2011

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT PADA MANUSIA

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA
PENYAKIT GIGI DAN MULUT PADA MANUSIA
TANFAUS SAKINAH (07621033)
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK



Abtraks - Permasalahan yang timbul pada kesehatan gigi dan mulut pada manusia di sebabkan seringnya manusia meremehkan kesehatan gigi dan mulut, penyakit gigi dan mulut merupakann penyakit yang banyak dijumpai di indonesia.Bagi sebagian orang,banyak yang tidak mengetahui gejala–gejala penyakit ini .60% penduduk indonesia menderita penyakit gigi dan mulut yang mencerminkan minimnya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia.Merujuk fakta diatas dalam penelitian ini di usulkan sebuah system pakar untuk mendiagnosa penyakit gigi dan mulut,Sistem pakar ini digunakkn untuk mendiagnosa penyakit gigi dan mulut dengan melihat ciri–ciri yang dapat menjelaskan dan menggambarkan apakah seseorang terkena penyakit gigi dan mulut atau tidak.Hasil pengujian menunjukkan 75% dokter membuktikan bahwa aplikasi ini mampu membantu pasien dalam mendeteksi serta cara pengobatan untuk mengatasi penyakit gigi dan mulut.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aplikasi system pakar ini dapat memberikan informasi yang cepat,tepat,dan akurat.


PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak di rawat akan menyebabkan rasa sakit ,gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya,akan tetapi tidak jarang manusia banyak yang masih meremehkannya.
Seperti yang diungkapkan drg.Tri Astuti.M,kes pada media Indonesia,60% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut yang mencerminkan minimnnya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia..Pada tahun 2008, I Nyoman Kusuma Wardana, Alfa Antariksa, Nazrul Effendy dari Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas Gadjah mada menulis paper yang berjudul “perancangan sistem pakar untuk diagnosa penyakit gigi dan mulut menggunakan bahasa pemrograman clips” penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis penyakit yang cocok sesuai dengan gejalanya tanpa memberikan solusi pengobatan yang sesuai .Pada tahun yang sama, Kusrini, S.Kom menulis paper yang berjudul “sistem pakar untuk melakukan diagnosis dan memberikan terapi penyakit epilepsi dan keluarganya dengan menggunakan certainty factor”penelitian ini mampu menjawab permasalahan dengan pengetahuan yang tidak komplit dan tidak pasti.
meninjau dari penelitian diatas serta karena pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut demi menghindari rasa sakit,gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya maka perlu di bangun sebuah aplikasi system pakar untuk mendiagnosa penyakit gigi dan mulut pada manusia.


SOLUSI YANG DI USULAN

Dalam paper ini diusulkan sebuah metode menggunakan formulasi generete-and test,dan sistem penyimpulan menggunakan metode forward chaining.Formula generete-and-test dibagi menjadi dua bagian: generator dan tester. Generator membangkitkan pemecahan yang mungkin dan tester akan memotong solusi dalam cabang hirarki yang tidak memungkinkan menjadi solusi pemecahan. Hal ini diseleksi dari jawaban “y” dan “t” (masing-masing menyatakan “ya” dan ‘tidak”) yang menjadi jawaban setiap pertanyaan

METODE PENGUJIAN

Program mengambil keputusan berdasarkan aturan-aturan yang dibangkitkan dari setiap pertanyaan yang diajukan pada pasien.Ketika kumpulan data memenuhi ciri suatu penyakit tertentu, maka program akan mengeluarkan hasil diagnosa. Setiap jawaban yang berbeda dari setiap pertanyaan akan menghasilkan fakta yang berbeda dan pertanyaan yang dikeluarkan berikutnya juga berbeda karena penerapan sistem generete-and-test. Terkadang terdapat gejala yang tidak spesifik yang merujuk pada suatu penyakit tertentu. dalam kondisi ini, program tetap merespon dengan mengeluarkan hasil diagnosa dengan keterangan tambahan tertentu.
Dalam keadaan tertentu, program juga dapat memberi respon bahwa gejala di luar data base komputer. Hal ini sangat tergantung pada tahap pemeliharaan program selanjutnya. Penambahan dan update sistem menjadi mutlak diperlukan, untuk menghadapi dinamika penyakit dan gejala yang mengiringinya.

HASIL PENGUJIAN

system diujicoba kepada 10 pasien di rumah sakit X.untuk membuktikan aplikasi ini mampu membantu pasien dalam mendeteksi serta cara pengobatan untuk mengatasi penyakit gigi dan mulut pasien diberikan koesioner .Adapun hasil koesioner ada pada tabel 1.
Tabel 1 .menampilkan rekapitulasi hasil kuisioner responden tentang pengujian dan penilaian program system pakar untuk diagnosa penyakit gigi dan mulut pada manusia di rumah sakit x.

Tabel 1. Rekapitulasi hasil kuisioner Kriteria Penilaian Prosentase Nilai

Kriteria Penilaian Prosentase Nilai
Kelayakan Software 80%

Kesimpulan yang dihasilkan 76%
Kecepatan hasil informasi 72%
Kemudahan penggunaan 72%
Tampilan aplikasi 68%

ANALISA HASIL PENGUJIAN

Dengan menganalisis hasil kuisioner, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Program sistem pakar ini dapat dikatakan layak untuk digunakan oleh unit pegawai rumah sakit X .Hal ini dapat dilihat pada hasil kuisioner yang memberikan nilai persentase 80%.
b. Kesimpulan yang dihasilkan program sistem pakar ini cukup akurat. Hal ini dapat dilihat pada hasil kuisioner yang memberikan nilai persentase 76%.
c. Kecepatan hasil informasi dari program ini dapat dikatakan cukup cepat. Hal ini dapat dilihat pada hasil kuisioner yang memberikan nilai persentase 72%.
d. Penggunaan program ini cukup mudah dan tidak membingungkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil kuisioner yang memberikan nilai persentase 72%.
e. Para responden cenderung menilai bahwa tampilan interface program ini perlu dibuat lebih menarik. Hal ini dapat dilihat pada hasil kuisioner yang memberikan nilai persentase 68%.

KESIMPULAN

Program pembuatan sistem pakar ini bertujuan untuk membantu user mendiagnosa penyakit gigi dan mulut. Sistem pakar ini tidak dapat 100% dijadikan sebagai final decision dalam menentukan penyakit yang dialami pasien serta memberikan alternative pengobatan. Penalaran yang diperoleh dari pengalaman yang dimiliki oleh user tetap menjadi faktor utama dalam sistem diagnosa penyakit mulut dan gigi. Namun, hasil program ini akan berusaha mengarahkan user untuk fokus terhadap penyakit yang dialami pasien berdasarkan gejala yang ditimbulkan.




Referensi
[1] Giarratano, J. C., CLIPS User Guide, http://www.ghg.net/clips/download/documentation/.
[2] Kusumadewi, S., Artificial Intelligence (Teknk dan Aplikasinya), Graha Ilmu, Yogyakarta,2003.


TRANSFORMASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

Progres 1
Nama:Tanfaus Sakinah
No reg :07621033
TRANSFORMASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB
oleh: Krisnawati (STIK AMIKOM Yogyakarta)
konsep dari pengolahan citra mengubah suatu citra dari satu domain ke domain lainnya,tujuan dari perubahan tersebut untuk mempermudah dalam pengkodean .sedangkan proses perubahan suatu citra dari satu domain ke domain lainnya disebut TRANSFORMASI .
MACAM –MACAM TRANSFORMASI
1. Transformasi Cosinus diskret,
2. transformasi wavelet
3. transformasi fourier
Keuntungan dari penggunaan transformasi adalah hasil dari domain lebih sesuai untuk proses pengkuantisasian(Proses mengasosiasikan warna rata-rata dengan level warna tertentu).
Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinus menjadi gambar diskrit melalui proses sampling(proses untuk menentukan warna pada piksel tertentu pada citra dari sebuah gambar yang kontinus).
proses sampling biasanya dicari warna rata-rata dari gambar analog yang kemudian dibulatkan kedalam angka bulat .Ada kalanya, dalam proses sampling warna rata-rata yang didapat di relasikan ke level warna tertentu. Contohnya apabila dalam citra hanya terdapat 16 level warna abu-abu, maka nilai rata-rata yang didpat dalam proses sampling harus diasosiasikan ke 16 level.
Terdapat berbagai macam format citra antara lain:
1. Bitmap (BMP)
2. JPEG
3. TIFF
4. Dicom
Format yang berbeda-beda ini mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam proses pembacaannya. Dengan menggunakan toolbox image processing di MatLab, proses pembacaan gambar dapat dilakukan dengan mudah.
Ada banyak metode yang digunakan untuk melakukan tranformasi image. Dua diantaranya adalah :
1. DFT (Discrete Fourier Transform)
Transformasi Fourier merupakan representasi dari sebuah citra sebagai penjumlahan eksponensial kompleks dari beragam magnitude, frekuensi dan fasa.
Contoh perintah untuk melakukan transformasi Fourier pada suatu citra
f=checkerboard(8,8);
f(5:24,13:17)=1;
imshow(f,'notruesize')
f=fft2(f);
f2=log(abs(f));
figure,imshow(f2,[-1,5],'notruesize');
colormap(jet);
colorbar



2. DCT (Discrete Cosinus Transform)
Discrete Cosine Transform merepresentasikan sebuah citra dari penjumlahan sinusoida dari magnitude dan frekuensi yang berubah-ubah. Sifat dari DCT adalah mengubah informasi citra yang signifkan dikonsentrasikan hanya pada beberapa koefisien DCT. Oleh karena itu DCT sering digunakan untuk kompresi citra seperti pada JPEG.
Contoh perintah untuk melakukan DCT pada suatu citra:
i=checkerboard(8,8);
j=dct2(i);
imshow(i);
figure,imshow(log(abs(j)),[]),colormap(jet(64)),
colorbar j(abs(j)<10)=0;
k=idct2(j)/255;
figure,imshow(k);

paradigma pemrograman fungsional

MAKALAH
PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK
Tentang
“PARADIGMA PEMROGRAMAN FUNGSIONAL”





OLEH:
1.Tanfaus Sakinah (07621033) 5.Alfin Hilmi (07621049)
2.Prasetyo Winardi (07621037) 6.Foundra Irawan (076210 )
3.Dewi Maya Sariv (07621032) 7.M.Hazin (076210 )
4.Ahmad Fahrudi (07621025) 8.Safi’ul Arif (076210 )



JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2010
PARADIGMA PEMROGRAMAN FUNGSIONAL
1. SEKILAS TENTANG PEMROGRAMAN
Kata pemrograman dapat diartikan sebagai cara membuat program; dalam konteks ini berarti membuat program komputer. Dapat juga dikatakan bahwa pemrograman merupakan suatu kumpulan urutan perintah ke komputer untuk mengerjakan sesuatu. Perintah-perintah ini membutuhkan suatu bahasa tersendiri yang dapat dimengerti oleh komputer.
Bahasa merupakan suatu kumpulan simbol-simbol atomic yang terbatas. Kumpulan simbol ini disebut dengan alphabet. Untaian simbol ditulis secara berurutan dari satu ke yang lainnya setelahnya. Satu untaian yang tidak terlihat, disebut dengan untaian kosong (empty string), biasanya dilambangkan dengan "". Beberapa untaian menjadi bagian dari suatu bahasa, beberapa yang lainnya tidak. Untaian yang menjadi bagian dari suatu bahasa disebut dengan kata atau kalimat. Bahasa yang dapat dimengerti oleh komputer disebut dengan Bahasa Pemrograman. Bahasa Pemrograman mempengaruhi cara dan teknik pemrograman.

2. KONSEP DASAR PEMROGRAMAN FUNGSIONAL
Komputer bahasa terutama dibagi dalam kategori pada paradigma pemrograman dasar yang didukung. Dalam pengembangan produk perangkat lunak atau dalam setiap modul program berskala besar ilmiah, pilihan bahasa tergantung pada paradigma ini pemrograman yang digunakan untuk menguraikan tujuan program. Bahasa ini dapat dibagi ke dalam bahasa pemrograman prosedural, bahasa deklaratif, bahasa berorientasi objek dan bahasa Pemrograman Fungsional.
Berlawanan dengan konsep pemrograman populer yang digunakan dalam proses pengembangan perangkat lunak komersial online, Pemrograman Fungsional dissects masalah menjadi kumpulan fungsi. Alih-alih menekankan pada perubahan negara, Pemrograman Fungsional menggunakan fungsi untuk mengambil input dan menghasilkan output yang diinginkan. Asal-usul Pemrograman Fungsional dapat ditelusuri untuk Lambda Calculus, yang dikembangkan untuk bekerja dengan rekursi, fungsi aplikasi dan definisi.
Pemrograman Fungsional menghambat fungsi-fungsi yang dapat mengubah keadaan internal atau membuat perubahan terlihat nilai fungsi itu kembali. Ini "fungsi murni" kebal terhadap perubahan karena efek runtime dan dengan demikian hanya menghasilkan output yang diperlukan ketat di nominal dengan masukan yang diberikan.
Fungsional Pemrograman memiliki manfaat sebagai berikut:
• Dalam Pemrograman Fungsional, lebih mudah untuk matematis membuktikan bahwa suatu program benar.
• Pemrograman Fungsional istirahat masalah dalam modul. Oleh karena itu relatif mudah untuk menulis fungsi yang lebih kecil bukan menggunakan satu besar. Hal ini akhirnya mengurangi kesalahan dan meningkatkan keterbacaan.
• Proses Debugging dalam program fungsional sederhana karena fungsi ditentukan dengan baik dan lebih kecil.
• Sangat mudah untuk melakukan tes untuk program fungsional sebagai fungsi independen dari sistem negara.
• Program fungsional yang portabel. Fungsi yang sama dapat digunakan dalam tujuan yang berbeda bila digunakan dalam koleksi yang berbeda.
Bahasa pemrograman fungsional lebih disukai untuk tujuan ilmiah dan akademik lebih dalam proyek untuk perangkat lunak komersial dan pengembangan aplikasi. Namun demikian, beberapa bahasa pemrograman fungsional seperti XSLT (XML), Ocaml, Haskell, Mathematica, dll Erlang bekerja di aplikasi industri dan komersial. Juga, SQL (Structured Query Language) dan Spreadsheets menggunakan konsep-konsep tertentu Pemrograman Fungsional.
Pemrograman fungsional adalah himpunan bagian dari pemrograman deklaratif. Program yang ditulis dengan menggunakan paradigma ini menggunakan fungsi, blok kode yang ditujukan untuk berperilaku seperti fungsi matematika. Bahasa fungsional menghambat perubahan dalam nilai variabel-variabel melalui penugasan, membuat banyak menggunakan rekursi sebagai gantinya.
3. PARADIGMA PEMROGRAMAN FUNGSIONAL
Sebuah paradigma pemrograman adalah gaya fundamental pemrograman komputer. (Bandingkan dengan metodologi, yang merupakan gaya pemecahan masalah rekayasa perangkat lunak khusus.) Paradigma berbeda dalam konsep dan abstraksi digunakan untuk mewakili unsur-unsur dari sebuah program (seperti objek, fungsi, variabel, kendala, dll) dan langkah-langkah yang membentuk sebuah perhitungan (penugasan, evaluasi, continuations, aliran data, dll).
Paradigma ini didasari oleh konsep pemetaan dan fungsi pada matematika. Fungsi dapat berbentuk sebagai fungsi “primitif”, atau komposisi dari fungsi-fungsi lain yang telah terdefinisi. Pemrogram mengasumsikan bahwa ada fungsi-fungsi dasar yang dapat dilakukan. Penyelesaian masalah didasari atas aplikasi dari fungsi-fungsi tersebut. Jadi dasar pemecahan persoalan adalah transformasional. Semua kelakuan program adalah suatu rantai transformasi dari sebuah keadaan awal menuju ke suatu rantai keadaan akhir, yang mungkin melalui keadaan antara, melalui aplikasi fungsi.
Paradigma fungsional tidak lagi mempermasalahkan memorisasi dan struktur data, tidak ada pemilahan antara data dan program, tidak ada lagi pengertian tentang “variabel”. Pemrogram tidak perlu mengetahui bagaimana mesin mengeksekusi atau bagaimana informasi disimpan dalam memori, setiap fungsi adalah “kotak hitam” , yang menjadi perhatiannya hanya keadaan awal dan akhir. Dengan merakit kotak hitam ini, pemrogram akan menghasilkan program besar.
Berlainan sekali dengan paradigma procedural, program fungsional harus diolah lebih dari program prosedural ( oleh pemroses bahasanya ), karena itu salah satu keberatannya adalah kinerja dan efisiensinya.
Contoh bahasa pemrograman yang menggunakan paradigma fungsional adalah LOGO, APL dan LISP. paradigma pemrograman fungsional Memandang penyelesaian masalah sebagai komposisi dan aplikasi yang memetakan masalah ke jawaban.

4. NOTASI FUNGSIONAL
Program adalah model solusi persoalan dari informatik, berisi kumpulan informasi penting yang mewakili persoalan itu. Dalam konteks fungsional, program direpresentasi dalam himpunan nilai type, dengan nilai-nilai dari type adalah konstan.
Pada pemrograman fungsional solusi persoalan diungkapkan menjadi identifikasi dari 1 atau beberapa fungsi, yang jika di”aplikasi” dengan nilai yang diberikan akan memberikan hasil yang diharapkan. Jadi fungsi adalah asosiasi antara 2 type, yaitu domain dan range. Domain dan range dapat berupa :
• Type dasar
• Type terkkomposisi
Untuk menuliskan suatu program fungsional, dapat dipakai suatu bahasa ekspresi , ada 3 macam bentuk komposisi ekspresi :
• Ekspresi fungsional dasar
• Kondisional
• Rekursif
Berikut ini diberikann ilustrasi mengenai perbedaan antara program fungsional dengan program imperative ( procedural ).
Perhatikan sebuah program yang ditulis dalam bahasa algoritmik sebagai berikut :
PROGRAM PLUSAB
{Membaca dua buah nilai a dan b integer, menghitung jumlahnya dan menuliskan hasilnya}
Kamus :
a, b : integer
Algoritma :
Input (a, b)
Output (a+b)





Program tersebut mengandung instruksi pembacaan nilai (input) dan penulisan hasil (output). Program akan menunggu aksi pembacaan dilakukan, melakukan kalkulasi dan akan mencetak hasil. Ada suatu sekuens (urut-urutan) aksi yang dilakukan .
Kelakuan dari program fungsional berbeda. Dalam pemrograman fungsional tidak ada aksi menggunakan baca/tulis, merubah state. Pada konteks fungsional , pengetik memakai 3+4 sistem menghasilkan 7. Semua yang dilakukan pemakai ini telah mewakili aksi baca/tulis pada program aksional (berdasarkan “aksi”, action)
Pemrograman fungsional didasari atas analisa top-down. Analisa top-down dalam pemrograman fungsional :
• Problema,
• Spesifikasi,
• Dekomposisi pada persoalan “antara”, berarti menciptakan sebuah fungsi antara.

5. EKSPRESI DASAR PADA PROGRAM FUNGSIONAL
Pada pemrograman fungsional, pemrogram mulai dari fungsi dasar yang disediakan oleh pemroses bahasa untuk membuat fungsi lain yang melakukan aplikasi terhadap fungsi dasar tersebut. Fungsi yang paling dasar pada program fungsional disebut operator. Pada ekspresi fungsional, diasumsikan bahwa tersedia operator aritmatika (*, /, +, - ), operator rasional ( >, <, =, <, >) dan operator Boolean (And dan Or).
Ekspresi adalah gabungan dari : nama, symbol, operator, fungsi, (, ), yang dapat menghasilkan suatu nilai berkat evaluasi dari ekspresi. Hasil suatu ekspresi berupa numeric atau Boolean. Ekspresi yang hasilnya numeric disebut ekspresi numeric. Ekspresi yang hasilnya Boolean disebut ekspresi Boolean.
Selain menggunakan konstanta numeric tersebut, ekspresi dapat berupa ekspresi aljabar :
• Abstraksi dengan menggunakan “nama”,
• Namanya memepunyai “nilai”,
Yang mengandung operator aritmatika.
Evaluasi ekspresi tergantung kepada presedensi dan aturan yang ditetapkan.

• untuk pemecahan masalah idealnya adalah hanya dengan menekan sebuah tombol saja.
• Pada pemrograman fungsional, kita dihadapkan kepada cara berfikir melalui fungsi ( apa yang akan direalisasikan ) tanpa memperdulikan bagaimana memori computer dialokasika, diorganisasi, diimplementasi.
• Pada paradigm fungsional, kita juga “terbebas” dari persoalan eksekusi program, karena eksekusi program hanyalah aplikasi terhadap sebuah fungsi .

Template by : kendhin x-template.blogspot.com